Rakyat sulawesi – Meski selama ini bergerak dibidang lingkungan hidup dan penyelamatan orangutan Sumatera, tetapi Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) mulai melakukan pendampingan terhadap petani kopi di kawasan Aceh Tengah MENGEMBANGKAN KOPI ORGANIK DI ACEH.
Ketua Yayasan Ekosistem Lestari dr Sofyan Tan mengatakan, pendampingan untuk kopi organik ini masih sejalan dengan program utama yayasan yakni lingkungan hidup dan penyelamatan orangutan sumatera. Karena dengan menanam kopi organik, para petani tidak perlu lagi menggunakan pupuk kimia sehingga merusak kesuburan tanah.
“Kalau pakai pupuk kimia, tanah akan cepat rusak, sehingga hasil panen berkurang. Bahkan untuk dapatkan panen yang baik, petani akan kembali membuka lahan hutan. Sedangkan kalau lahan hutan semakin berkurang, maka rumah orangutan juga semakin berkurang dan rusak,” ujarnya di sela-sela pembukaan Orangutan Coffee Lab milik YEL, Minggu pagi (12/3).
Dijelaskan Sofyan Tan, selain melakukan pendampingan petani, pihaknya juga mencarikan pembeli yang mau membayar harga kopi jauh di atas harga pasaran. Ini diyakini akan memotivasi petani untuk lebih giat. “Kalau ada yang mau membayar Rp 40.000 sekilo, sementara harga pasar hanya Rp 28.000 per kg, petani tentunya semakin bergairah dan bersemangat,” imbuhnya.
Ketenaran kopi gayo yang mendunia Jadi Alasan MENGEMBANGKAN KOPI ORGANIK
Pemilihan pendampingan terhadap petani kopi asal Aceh Tengah ini bukan tanpa alasan. Ketenaran kopi gayo yang sudah mendunia menjadi alasan utama, selain juga kopi gayo yang merupakan jenis arabica yang paling diminati warga Eropa.

“Kopi Sidikalang itu kopi berjenis robusta, sementara kopi gayo berjenis arabica. Dan, kopi arabica ini paling digemari masyarakat Eropa,” kata Sofyan Tan.
Founder Pan Eco Swiss Regina Frey mengatakan, hutan sangat penting dalam pemberdayaan tanaman kopi, karena hutan yang masih terjaga keasliannya akan menjaga suhu udara, sehingga tanaman kopi juga terjaga kondisinya.
“Pohon kopi tetap membutuhkan hutan yang alami, karena akan menjaga suhu udara tetap dingin. Jadi, pohon kopi tetap bisa berproduksi dengan baik,” katanya.
Peresmian Orangutan Coffee Lab yang dilakukan Minggu pagi juga diisi dengan kegiatan mempertemukan pembeli dari Eropa dengan pengusaha kopi Aceh.
(Sumber : Medanbisnisdaily.com)