Rakyat Sulawesi | – Sebuah kejadian ekstrem terjadi di Rancaekek, Kabupaten Bandung pada Rabu, (21/2). Kejadian ekstrem tersebut berupa pusaran angin kencang serta hujan.
Berdasarkan informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, fenomena ini terjadi sekitar pukul 15.30 hingga 16.00 WIB. Dampak dari angin kencang ini mencapai wilayah Jatinangor.
Menurut Profesor Riset Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Eddy Hermawan, kejadian ini sulit diprediksi kehadirannya.
“Kendalanya berada di terbatasnya data yang beresolusi tinggi dan ketidakpahaman mekanisme pembentukan dari puting beliung,”katanya, Jumat (23/2).
Eddy berpendapat, fenomena ini dapat terjadi karena adanya peralihan fungsi lahan. Sebelumnya, Rancaekek merupakan kawasan hijau, sekarang berubah menjadi kawasan industri. Ia menganggap bahwa pusaran angin rawan menerjang kawasan seperti ini.
“Dengan kata lain, terjadi perubahan tata guna lahan yang semula hutan jati, kini berubah jadi hutan beton,” jelasnya.
Eddy juga menjelaskan bahwa industri menghasilkan gas emisi rumah kaca. Hal ini menyebabkan pada siang hari akan terasa sangat panas dan malam hari terasa relatif dingin.
Dengan perbedaan suhu yang sangat besar, dapat memicu fenomena ini. Kawasan ini tiba-tiba berubah menjadi kawasan bertekanan rendah dan kumpulan massa uap air dari segala arah menumpuk di Rancaekek.
“Walaupun mekanisme agak komplek untuk dijelaskan secara rinci, namun dugaan kuat pusaran ini terjadi akibat adanya pertemuan dua massa uap air, dari arah barat dan timur, lalu diperkuat dari arah selatan Samudera Indonesia,” ungkap Eddy.
“Ketiganya berkumpul di satu kawasan yang memang telah mengalami degradasi panas yang cukup tajam,” lanjutnya.
Eddy juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik berlebihan dan mengikuti terus informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Ia juga mengatakan sudah saatnya masyarakat mendapatkan penyuluhan akan kejadian-kejadian ekstrem yang akan bertambah di masa depan.
